“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah" (Rumah Kaca, h. 352)”
― Pramoedya Ananta Toer
Bismillah..
Mari kembali melirik ke bagian teratas dari halaman ini; begitu indahnya nyataan dari sang legenda. "Orang boleh pandai setinggi langit," suatu bentuk persilahan, kepada yang memiliki kepintaran dan kepandaian yang luar biasa, jauh membumbung tinggi dari rerata manusia, akan tetapi,"tapi, selama ia TAK MENULIS, ia akan HILANG di dalam masyarakat dan dari sejarah.", ngeri-nya akibatnya. Kepandaian seorang insan seolah sirna dan tak berguna, dikala ianya tidak menulis. Dia tak lebih dari debu, ia hilang tak teracuh oleh masyarakat luas, tak termaktub dalam tebalnya kitab sejarah. Ini bukanlah suatu konotasi, ini denotasi! Seharusnya, cukuplah pernyataan itu yang membuat kita termotivasi; raih kepandaian, ambil peran dalam masyarakat, terkenang dalam sejarah. Kejar ketiganya; luarbiasa.
― Pramoedya Ananta Toer
![]() |
sumber: http://berita.suaramerdeka.com/bebrayan/konten/uploads/2015/02/writing.jpg |
Mari kembali melirik ke bagian teratas dari halaman ini; begitu indahnya nyataan dari sang legenda. "Orang boleh pandai setinggi langit," suatu bentuk persilahan, kepada yang memiliki kepintaran dan kepandaian yang luar biasa, jauh membumbung tinggi dari rerata manusia, akan tetapi,"tapi, selama ia TAK MENULIS, ia akan HILANG di dalam masyarakat dan dari sejarah.", ngeri-nya akibatnya. Kepandaian seorang insan seolah sirna dan tak berguna, dikala ianya tidak menulis. Dia tak lebih dari debu, ia hilang tak teracuh oleh masyarakat luas, tak termaktub dalam tebalnya kitab sejarah. Ini bukanlah suatu konotasi, ini denotasi! Seharusnya, cukuplah pernyataan itu yang membuat kita termotivasi; raih kepandaian, ambil peran dalam masyarakat, terkenang dalam sejarah. Kejar ketiganya; luarbiasa.