Senin, 21 Desember 2015

Terkhusus Mama.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” Al-Israa’: 23-24)

Terkhusus lagi...

"Dia perintahkan aku bershalat dan zakat semasa hidupku; dan berbakti kepada ibuku ..." (Q.S Maryam:31-32)





Bismillahirrohmanirrohim.
Assalamualaikum para pembaca. Izinkanlah penulis memberikan ucapan permintaan maaf; sebulan lebih tak menemani pembaca dengan untaian kata nan tak sempurna. Moga ada yang mengangeni, walaupun penulis yakin, (pasti) lebih banyak yang tidak mengangeni huruf per huruf yang terketik dengan jari penulis ini. (miris)

Baik untuk mengawali postingan kali ini, izinkanlah penulis hadirkan Gurunda; berbicara mengenai ibu.

"Ibu", begitu Ustadz Salim A. Fillah mengawali, "Panggilan perjuangan. Cantik nian senyumnya walau pegal bawa kandungan, susah memilih baringan, bengkak kaki, dan mual tak tertahan."

Ya, kali ini kita akan mengulas mengenai insan terindah, diutus untuk jadi guru, chef, akuntan, manejer,dan cinta bagi anaknya; IBU. Beliau-lah yang pantas menempati posisi teratas dalam kehidupan kita, karena surga berada di bagian terbawah tubuhnya; telapak kakinya. Maka sering seringlah memijit halus telapak kakinya, agar terpancar sinar surga dari wajahnya. Indahnya; dikala bahagia, senyumnya menyejukkan. Dikala sedih, senyumnya menegarkan.

Di kehidupan penulis sendiri, sosok ibu tidak akan pernah tergantikan. Maka dipanggillah "Mama". Mama yang setia memasakkan Telor Mata Sapi ter-enak yang pernah ada dikala pagi. Mama yang multi-tasking; mempersiapkan diri untuk mengajar di sekolah, pun mempersiapkan bekal untuk siang dan malam bagi keluarganya.

Tepat tanggal 1 Januari 2000, Mama melahirkan seorang anak yang awalnya Dokter kandungan yang mengurusinya berdiagnosa, anak ini bakal bodoh, idiot. Depresi langsung menyambar, ya begitulah cinta sang Ibu. Namun waktu demi waktu, sang anak prematur diurusinya dengan tulus, dirawatinya dengan ikhlas, dibelai penuh kasih sayang. Ia beri minuman yang menguatkan, mencerdaskan, dan menegarkan sang anak. Walau terkadang, tangis pun terpancar. Terimakasih Mama!


Detik berlari begitu cepat, menit menyongsong, jam , hari, bulan, hingga tahun pun demikian. Sang anak pun tumbuh dan berkembang, memasuki masa kenakalan-nya. Ia labil, tak konsisten. Seringkali kata kasar sang anak terkeluarkan, namun Mama tetap harap memaklumi, "anakku masih siswa SD".

Memasuki masa Putih Biru, sang anak mulai 'sadar' dan mengerti apa yang sudah, sedang, dan yang akan terjadi. Namun tetap saja, kekecewaan Mama karena sikap labil sang anak sering terjadi. Maaf Mama. Pun saat sekarang, masa dimana sang anak benar-benar sudah 'sadar', maka melekatlah gelar "akil balig" pada pundaknya, sering bahkan acap kali berbuat diluar jalur. Hebat sekali dirimu Mama, tetap tabah dan sabar. Sekali lagi, maaf Ma.

Namun ketahuilah Ma, bahwasanya sang anak berusaha keras untuk selalu membanggakan, membahagiakan engkau. Mungkin tidak bermateri, dan kadang tak berarti. Tapi ini ikhlas, insyaAllah. Walau usaha sang anak pasti tak dapat membalas kasih sayang yang engkau berikan, tapi semoga Allah membalas. Robbighfirli zunubi wa li walidayya warhamhuma kamaa robbayanii shogiroo. Aamiin.

Hanya ini persembahan dari sang anak, terkhusus untuk Mama, dan mungkin untuk calon Ibu diluar sana. Semoga manfaat terjulurkan oleh tulisan ini, dan berkah terberi oleh Sang Maha Kuasa. Aamiin.

Wassalamualaikum..

*Tulisan ini di-ilham-i karena perbincangan santai di ruang makan, antara Ibunya penulis dan penulis. "Tanggal 22 hari ibu, dak kasih hadiah ke Mama?" Penulis tertegun, terdiam memikir. Mungkin hadiah berupa materi takkan abadi, ia bisa rusak di lalap zaman, dan juga ongkos untuk membelinya pun pembeli tak sanggup. Jadi dipilihlah postingan sebagai hadiah yang akan selalu terukir indah, dapat menginspirasi, dan bermanfaat insyaAllah, tidak hanya bagi Ibunya penulis, mungkin jua untuk pembaca lainnya.*

*terimakasih kepada sang 'editor' yang (semoga) selalu setia mengoreksi, tak hanya tulisan si penulis, namun jua kelakukan si penulis. yok kunjungi blog-nya .

5 komentar:

  1. Jangan lupa kunjungi blog-nya editor ya!

    BalasHapus
  2. MashaAllah ham..
    Kado terindah bnget ini ham,kado barang atau uang mah bukan apa-apa dibanding ini

    BalasHapus
  3. bagusbagus ham, sosok ibu tak pernah mengharapkan apapun dari anakny, terkecuali ia akan tersnyum lebar ketika melihat ankny bahagia dan sukses di masa sekarang dan masa akan datang, sukses dan bahagia dari prestasi yang di miliki, bukan sukses yang dibeli dengan uang . .

    BalasHapus