― Pramoedya Ananta Toer
![]() |
sumber: http://berita.suaramerdeka.com/bebrayan/konten/uploads/2015/02/writing.jpg |
Mari kembali melirik ke bagian teratas dari halaman ini; begitu indahnya nyataan dari sang legenda. "Orang boleh pandai setinggi langit," suatu bentuk persilahan, kepada yang memiliki kepintaran dan kepandaian yang luar biasa, jauh membumbung tinggi dari rerata manusia, akan tetapi,"tapi, selama ia TAK MENULIS, ia akan HILANG di dalam masyarakat dan dari sejarah.", ngeri-nya akibatnya. Kepandaian seorang insan seolah sirna dan tak berguna, dikala ianya tidak menulis. Dia tak lebih dari debu, ia hilang tak teracuh oleh masyarakat luas, tak termaktub dalam tebalnya kitab sejarah. Ini bukanlah suatu konotasi, ini denotasi! Seharusnya, cukuplah pernyataan itu yang membuat kita termotivasi; raih kepandaian, ambil peran dalam masyarakat, terkenang dalam sejarah. Kejar ketiganya; luarbiasa.
Tiada yang menghalangi kita untuk menulis di zaman penuh media ini. Tak perlu repot akan jeleknya tulisan (tangan), tak perlu pusing akan tiada tersedianya buku, tak perlu panik akan sempitnya waktu. Dunia telah ter-digital-isasi, kawan! Tulisan (tangan)-mu yang sangat tidak rapi pun, akan indah dibuatnya. Puluhan, hingga ratusan font tersedia untuk digunakan. Kita juga tak harus memiliki buku untuk menulis. Begitu banyak media yang menyajikan layanan bagi mereka yang ingin namanya terukir sejarah. Blogspot, Facebook, Twitter, Path, dan banyak lainnya, menantang kita untuk selalu bergairah dalam menulis. Waktu pun tak jadi kendala. Disaat (maaf) BAB pun, kita juga dapat menulis!
Prasasti Ciaruteun. Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4a/Prasasti_Ciaruteun-Museum_Sejarah_Jakarta.JPG |
Menulis juga salah satu bentuk implementasi nyata; menebar kebajikan bagi sesama. Allah pun menyampaikan firmannya nan agung melalui tulisan; Al-Quran Al-Karim. Para perawi hadist nan masyur, Imam Bukhari, Imam Syafi'i (dan lainnya), meng-kekal-kan hadist Rasul dan menebarkan bagi suburnya ilmu umat; dalam bentuk tulisan; ribuan halaman kitab hadist. Lalu, apalagi yang menghalagi kita untuk menulis?
Menulis juga salah satu bentuk implementasi nyata; menebar kebajikan bagi sesama. Bukankah indah jika manusia saling menukar inspirasi selama dunia ini berputar? Maka hiduplah bumi ini, hujan ilmu membanjiri tiap-tiap sungai peradaban. Mari kita coba; tulis-baca, budaya yang harus dihidupkan. Lalu, apalagi yang menghalagi kita untuk menulis?
Maka, yok menulis! Karena, mendapatkan inspirasi, lalu kita tebari bagi sesama; anugerah yang sangat indah. Maka, yok menulis! Karena, ini merupakan salah satu jalan dakwah, salah satu sarana pendidikan, salah satu media peluapan emosi, salah satu kendaraan menuju surga-Nya. Maka, yok menulis! Karena, kita tak-kan pernah tahu, di pintu amal mana kelak kita dapatkan untuk meraih surga-Nya. Maka, yok menulis! Semoga usaha ini berkah, dan para penduduk langit merindui kita, penduduk bumi mengenang kita.
Cukup sekian cakap-cakap mengenai menulis. Ianya tak ubah hanya sebagai inspirasi bermotivasi, karena memang, visi awal blog ini adalah'semoga menginspirasi.' Maaf jika terlalu menyayat hati, tapi ini juga jadi cambuk hati bagi penulis sendiri. Mari sama-sama kita kejar kepandaian, berperan dalam masyarakat, terukir indah dalam sejarah, hingga kelak, Allah dan Rasul-Nya tersenyum kepada kita. Aamiiin.
KEEP YOUR FINGERS UP ON YOUR KEYBOARD!
Sungai Penuh, 26 Desember 2015.
Penulis Amatir
Ilham Rahmadhan
Tulisan tangan lu jelek kan?
BalasHapuskok lo tau sih
Hapus